Selasa, 21 Mei 2013

Ubah Sampah Plastik Jadi Bisnis Menggiurkan

Berkembangnya sebuah bisnis bukan hanya tergantung pada peluang. Namun juga tergantung pada seberapa tekun seseorang itu menggeluti bisnisnya. Itulah yang dibuktikan Muhammad Baedowy ketika menjalankan bisnis sampah.

Enam tahun lalu, dia belum seperti sekarang.  Menjadi seorang jutawan berkat kepiawaiannya mengolah sampah dan memasarkannya dengan baik. Bukan hanya di Indonesia, pria yang baru berusia 33 tahun ini ternyata telah mengekspor hasil olahannya seperti rumah sapu dan celengan hingga ke Cina.

Bisnisnya dimulai dengan modal Rp 50 juta untuk mendirikan pabrik penggilingan sampah di Bekasi. Bisnis sampah dipilih karena risiko ruginya kecil.

“Plastik digiling terus diolah jadi barang jadi, seperti rumah sapu, gantungan baju, celengan dan lainya, itu kan tahan lama. Kalau ga laku dijual, simpan saja dulu, tahan sampai 350 tahun,” ujarnya dalam program Obrolan Ekonomi KBR68H di Jakarta, Jum’at (10/5).

Pada awalnya Baedowy tak langsung mengolah, hanya sekedar menggiling sampah untuk kemudian dijual kembali. Sampah bekas botol minuman, sampo, dan plastik bekas lainnya biasa dibeli dari pemulung Rp 5 ribu per kg. Bila sudah digiling, sampah itu dijual dengan keuntungan Rp 500 sampai Rp 1.000 per kg.

“Bayangkan jika bisa menadah empat ton sampah per bulan. Bisa Rp 4 juta untungnya sebulan,” tuturnya.

Namun tak dinyana, perhitungannya hanya mulus di atas kertas, sedangkan di lapangan, realisasinya penuh tantangan. Kendala pertama adalah ternyata persaingan bisnis sampah yang sangat ketat. Belum lagi mesin penggiling sampah yang ia punya kerap ngadat. Situasi seperti itu  berlangsung dua tahun.

“Saya hampir kehabisan modal karena belum paham betul bisnis sampah. Itu karena saya masih pemula,” kata Baedowy.

Bahkan, bisnis sampah Baedowy yang tak juga berkembang perlahan menjadi bahan cibiran warga sekitar. Keluarga besarnya juga mulai menentang pilihannya yang menggeluti bisnis sampah.

“Tapi saya tak menyerah, sambil belajar memahami bisnis sampah, saya juga pelajari cara kerja mesinnya. Saya otak atik,” katanya.

Hasilnya, lama-lama ia mengerti betul seluk beluk bisnisnya. Bahkan dengan memahami proses kerja mesin penggiling sampah, ia jadi sanggup memproduksi mesin sampah.

“Mesin  penggiling sampah saya jadi banyak, terus saya jadi bisa mengolah sampai lebih banyak juga,” ucapnya.

Lalu sekarang, ia sudah bisa menampung satu ton sampah per hari. Setiap Sabtu dan Minggu, sampah itu digiling, untuk kemudian diolah menjadi barang jadi seperti celengan, rumah sapu, dan lainnya.

“Dulu hampir habis modal saya, sekarang omsetnya sudah Rp 500 juta sampai Rp 800 juta per bulan. Untungnya, nanti kita hitung,” kata Baedowy sambil berseloroh.

Untuk memperluas pasar, ia membuka jaringan di sejumlah kota-kota besar Indonesia. Ia memberi semacam penyuluhan tentang bisnis sampah pada orang-orang kota yang berminat. “Saya kasi penjelasan pada orang-orang di kota, karena sampah memang paling banyak di kota,” tutur Baedowy.

Selain rasa kepuasan karena berbagi ilmu yang bermanfaat, secara ekonomi penyuluhan itu juga membuat Baedowy beruntung. Pebisnis sampah di berbagai kota mulai membeli mesin sampah buatannya. Sebagai timbal balik, Baedowy juga membeli barang jadi hasil olahan pebisnis sampah di daerah.

“Hasil produksi pebisnis sampah di daerah saya beli, saya kumpulkan, satukan dengan hasil produksi saya, terus saya ekspor ke Cina. Alhamdulliah semakin berkembang” katanya.

Hikmah yang bisa diambil dari proses bisnis sampah ini adalah kebanyakan orang Indonesia hanya bisa mengolah, namun tak tahu cara memasarkan yang menguntungkan. Akibatnya orang kerap patah arang di tahun-tahun pertama membuka sebuah bisnis sampah.

“Di sinilah dibutuhkan sebuah ketekunan. Jangan baru satu-dua tahun tak berhasil, langsung menyerah. Jangan juga nyeleneh kalau sudah maju, harus pintar membaca pasar,” ucapnya.

Apakah Muhammad Baedowy puas sampai di situ? Jawabanya tidak. Dia terus mengajak warga lain untuk belajar berbisnis sampah. Saat ini, seringkali siswa dan mahasiswa sering mengunjungi pabriknya, melihat proses produksi, untuk kemudian dijelaskan keuntungan apa saja yang bisa diraih.

Keuntungan intan yang bisa dirasakan orang banyak dari bisnis ini, kata Baedowy adalah lingkungan semakin bersih. Secara ekonomi, bisnis sampah menjadi lapangan kerja yang menjanjikan buat banyak orang. “Warga sekitar bekasi ada yang jadi karyawan saya. Terus saya menerima orang-orang yang ingin belajar di pabrik saya setiap Rabu sampai Sabtu pukul 09:00 WIB sampai 11:00 WIB,” katanya.

Sumber:http://www.portalkbr.com/

2 komentar:

NOVARO mengatakan...

Bisnis sampah kertas terkesan kotor dan jorok, tapi sesungguhnya untungnya amat menggiurkan lho! Maka dari itu, rapihkanlah tumpukan sampah kertas/kardus anda dengan cara dipress spy berbentuk ball.

Nah, untuk mengepress sampah tsb, gunakanlah MESIN PRESS SAMPAH KERTAS/KARDUS/BOTOL PLASTIK yg biasa dipakai di bisnis pengolahan sampah.

Kalau tumpukan sampah anda terlihat rapih tersusun, maka konsumen akan senang dan lebih sering berkunjung ke lapak anda!

Trm ksh, salam bisnis sampah Indonesia!

Clenoro Suharto mengatakan...

Penulisan yang sangat baik. Untuk sumber lainnya yang berhubungan dengan perjuangan Pak Mohammad Baedowy, silahkan membaca lebih lanjut pada alamat berikut: http://warga-desa-worlds.blogspot.co.id/2017/03/rp-48-milyar-per-tahun-adalah-omzet.html

Posting Komentar

 
;